MEMAHAMI BASIS DIFERENSIASI: KESEJARAHAN, KETERSITUASIAN, DAN KERANGKA PEMAKNAAN

Dalam memahami perbedaan cara berpikir dan bertindak antara individu maupun kelompok, terdapat beberapa faktor mendasar yang menjadi basis diferensiasi.

Faktor-faktor ini mencakup aspek kesejarahan (historicity), ketersituasian (facticity), dan kerangka pemaknaan (framework of meaning).

Dengan memahami ketiga aspek ini, kita dapat mengurai bagaimana manusia membentuk identitas, persepsi, dan interaksi sosialnya.

1. Kesejarahan (Historicity)

Kesejarahan mengacu pada bagaimana pengalaman masa lalu, baik secara individu maupun kolektif, membentuk cara berpikir dan bertindak seseorang atau masyarakat. Kesejarahan mencakup beberapa aspek penting, yaitu:

a. Bildung (Pembentukan Jalan Pikiran)

Konsep Bildung merujuk pada proses pembentukan intelektual dan moral seseorang melalui pendidikan, pengalaman, serta interaksi sosial. Bildung tidak hanya terkait dengan pendidikan formal, tetapi juga bagaimana seseorang berkembang melalui pengalaman hidupnya.

b. Common Sense (Akal Sehat)

Akal sehat merupakan hasil dari akumulasi pengalaman dan pengetahuan yang diterima oleh masyarakat sebagai sesuatu yang logis dan dapat diterima secara umum. Setiap budaya memiliki bentuk akal sehat yang berbeda, tergantung pada sejarah dan nilai-nilai yang diwariskan.

c. Tradisi

Tradisi adalah warisan budaya yang terus dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi tidak hanya mencakup kebiasaan atau ritual, tetapi juga nilai-nilai, norma, dan cara pandang terhadap kehidupan.

d. Taste (Rasa)

Rasa dalam konteks ini merujuk pada preferensi estetika dan budaya seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan dan sejarahnya. Misalnya, selera seni, musik, dan mode dipengaruhi oleh pengalaman kolektif suatu masyarakat.

2. Ketersituasian (Facticity)

Ketersituasian merujuk pada faktor-faktor yang membentuk realitas seseorang dalam konteks waktu dan tempat tertentu. Ketersituasian terbagi menjadi beberapa aspek utama:

a. Situasi Lokal

Lingkungan tempat seseorang tinggal, baik dalam skala kecil seperti keluarga dan komunitas, maupun skala lebih besar seperti negara dan budaya lokal, sangat mempengaruhi cara berpikir dan bertindak individu.

b. Situasi Global

Dalam era globalisasi, situasi global juga berperan penting dalam membentuk perspektif seseorang. Arus informasi, teknologi, dan interaksi lintas budaya memengaruhi cara pandang dan respons individu terhadap berbagai isu.

c. Situasi Mental

Keadaan psikologis seseorang juga merupakan faktor penting dalam menentukan bagaimana seseorang merespons lingkungannya. Faktor seperti pengalaman pribadi, trauma, pendidikan, dan pengaruh sosial berkontribusi terhadap kondisi mental seseorang.

3. Framework of Meaning (Kerangka Pemaknaan)

Kerangka pemaknaan adalah cara individu atau kelompok memahami dan menginterpretasikan dunia. Kerangka ini menentukan bagaimana seseorang melihat dan memberi makna terhadap suatu peristiwa atau fenomena sosial. Terdapat tiga elemen utama dalam framework of meaning:

a. Cara Pandang

Cara pandang mencerminkan bagaimana seseorang melihat dunia berdasarkan pengalaman dan nilai-nilai yang dianut. Misalnya, seseorang yang memiliki latar belakang akademik dalam ilmu sosial mungkin akan menafsirkan suatu fenomena sosial secara berbeda dibandingkan dengan seseorang yang berlatar belakang ilmu eksakta.

b. Titik Pandang

Titik pandang adalah posisi seseorang dalam melihat suatu fenomena, baik dari sudut subjektif maupun objektif. Posisi ini bisa dipengaruhi oleh status sosial, ekonomi, dan pendidikan.

c. Sudut Pandang

Sudut pandang lebih bersifat teknis dan spesifik dalam memahami suatu hal. Misalnya, dalam membahas suatu masalah sosial, sudut pandang sosiologis akan berbeda dengan sudut pandang ekonomi atau politik.

Kesimpulan

Dengan memahami basis diferensiasi yang mencakup kesejarahan, ketersituasian, dan kerangka pemaknaan, kita dapat lebih memahami bagaimana individu dan kelompok membentuk perspektif serta bertindak dalam kehidupan sosial.

Kesadaran akan faktor-faktor ini juga membantu dalam meningkatkan toleransi dan empati terhadap perbedaan yang ada dalam masyarakat. (ABS)

 

Scroll to Top