Pernahkah kamu membayangkan otak manusia seperti sebuah flashdisk atau hardisk? Meskipun terlihat seperti analogi sederhana, sebenarnya perbandingan ini cukup tepat untuk menggambarkan bagaimana cara kerja otak kita dalam menyimpan dan mengakses informasi.
Setiap manusia terlahir dengan otak yang memiliki volume dan potensi yang relatif sama. Artinya, pada dasarnya kita semua punya "kapasitas penyimpanan" yang setara. Tapi, mengapa ada orang yang tampak sangat pintar dan produktif, sementara yang lain kesulitan memahami hal-hal dasar? Jawabannya ada pada jenis dan jumlah informasi yang kita masukkan ke dalam otak kita, persis seperti ketika kita mengisi flashdisk dengan berbagai file.
Otak, layaknya flashdisk, bisa diisi dengan apa saja—informasi positif atau negatif, berguna atau tidak. Dan seperti flashdisk, semakin banyak informasi bermanfaat yang kita simpan, maka semakin besar pula kemampuan yang bisa kita akses dari otak kita. Sebaliknya, jika kita hanya memasukkan informasi yang tidak penting, bahkan "file sampah", kinerja otak akan melambat, mudah lelah, atau bahkan “error”—dalam bentuk stres, kebingungan, dan kesulitan berpikir jernih.
Contohnya, bayangkan sebuah flashdisk yang sudah terisi program statistika. Ketika kita ingin mengolah data, kita hanya perlu membuka program tersebut dan menjalankannya. Sama halnya dengan otak. Jika kita telah belajar dan menyimpan pengetahuan tentang statistika, maka saat dibutuhkan, kita tinggal “membuka file” itu dalam kepala kita dan langsung menggunakannya untuk menghitung, menganalisis, atau membuat keputusan.
Namun, jika flashdisk kosong, tentu tidak ada yang bisa dijalankan. Begitu juga dengan otak manusia—tanpa informasi atau ilmu yang tersimpan di dalamnya, kita tidak akan bisa melakukan banyak hal. Bahkan lebih parah, jika otak kita terlalu penuh dengan informasi yang tidak penting atau negatif, seperti gosip, hoaks, atau kebencian, maka performanya pun menurun. Dalam dunia digital, kita menyebutnya "overload" atau penuh dengan file sampah.
Lalu, bagaimana solusinya? Bersihkan isi otak dari hal-hal yang tidak berguna, seperti kita menghapus file sampah dari flashdisk. Dan lebih penting lagi, pilih informasi yang masuk ke otak dengan bijak. Belajar, membaca, dan mengeksplorasi hal-hal positif akan membuat otak kita semakin tajam, siap menghadapi tantangan, dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi.
Jadi, mari kita rawat otak kita sebagaimana kita merawat perangkat digital kita. Karena sejatinya, otak adalah "flashdisk supercanggih" yang menentukan masa depan kita.
Andi BS (penapanuluh)