Tujuan pendidikan pada zaman kolonial adalah mengembangkan kemampuan rakyat pribumi dengan sistem pendidikan barat atau kolonial. Sehingga diharapkan kaum pribumi menjadi pejabat di daerah tersebut dibawah kekuasaan kolonial.
Sebagai contoh diantaranya pada tahun 1854 beberapa bupati menginisiasi untuk mendirikan sekolah - sekolah kabupaten dengan tujuan untuk mencetak calon – calon pegawai saja.
Di tahun yang sama lahirlah sekolah - sekolah Bumi Putera yang hanya mempunyai 3 kelas dimana mereka (siswa) hanya diberikan pendidikan menulis, membaca dan berhitung seperlunya sesuai kebutuhan dan hanya mendidik orang - orang pembantu dalam mendukung usaha dagang mereka.
Setelah era Budi Oetomo 1920 cita-cita lahir untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Tepatnya di tahun 1922 lahirlah Taman Siswa sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa.
Dimana Taman Siswa ada sebagai perwujudan dari jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas. Dimana Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogjakarta dengan semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.
Sebagaimana yang dimaksud pendidikan adalah menuntun segala kodrat alam dan zaman yang ada pada diri anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Analoginya seperti tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.
Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat-iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil.
Demikianlah Pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar.
Dalam aliran convergentie-theorie. Dimana teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram.
Lebih lanjut menurut aliran ini, pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram.
Adapun Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian. Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, yakni bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh Pendidikan atau keadaan.
Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. Yang disebut intelligible yang dapat berubah karena pengaruh misalnya kelemahan pikiran, kebodohan, kurang baiknya pemandangan, kurang cepatnya berpikir dan sebagainya.
Dengan kata lain, keadaan pikiran, serta kecakapan untuk menimbang-nimbang dan kuat-lemahnya kemauan. Bagian yang disebut ‘biologis’ yang tak dapat berubah ialah bagian-bagian jiwa mengenai ‘perasaan’ yang berjenis-jenis di dalam jiwa manusia. Misalnya, rasa takut, rasa malu, rasa kecewa, rasa iri, rasa egoisme, rasa sosial, rasa agama, rasa berani, dan sebagainya. Rasa-rasa itu tetap pada di dalam jiwa manusia, mulai anak masih kecil hingga menjadi orang dewasa.
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan:
1) Kebutuhan bertahan hidup adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan hidup.
2) Kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging). Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti teman, keluarga, pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita tergabung.
3) Kebebasan (freedom). Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik.
4) Kesenangan (fun). Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan. Glasser menghubungkan kebutuhan akan kesenangan dengan belajar. Anak-anak dengan kebutuhan dasar kesenangan yang tinggi biasanya ingin menikmati apa yang dilakukan. Mereka juga bisa berkonsentrasi tinggi saat mengerjakan hal yang disenangi. Mereka suka permainan dan suka mengoleksi barang, suka bergurau, suka melucu dan juga menggemaskan. Bahkan saat mereka bertingkah laku buruk, mereka masih terlihat lucu.
5) Penguasaan (power). Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati. Ini meliputi self esteem, dan keinginan untuk meninggalkan pengaruh.
Dengan mempelajari dan memahami ke 5 kebutuhan dasar tersebut sebagai guru bisa untuk mengetahui sumber permasalahan kenama murid bertingkah kurang baik di kelas ataupun di sekolah dan tahu bagaimana cara untuk menanganinya.
Dari beberapa pengertian diatas sebagai guru hendaknya sebagai seorang pendidik harus bisa menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir murid sesuai dengan kodrat yang dimiliki dengan memberikan pendidikan dan pengajaran yang berpihak kepada murid agar memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) sehingga mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi - tingginya dalam kehidupan di masyarakat.
Seorang guru harus mampu memahami dan bisa mengimlementasikan dalam proses pembelajaran. Esensi dari kata Mendidik dengan Hati Mengajar dengan Sadar adalah pendidikan sebagai jembatan (perantara) untuk mentranfer nilai-nilai logika, etika dan estetika kepada murid untuk memperoleh keselatamatan dan kebahaggiaan yang setinggi-tingginya.
Dalam mendidik dibutuhkan hati, karena sesuai yang lahir dari hati akan mudah untuk diterima, karena rasa yang keluar adalah murni tanpa manipulasi, sama halnya dengan kebenaran yang akan tetap kekal dan abadi tidak bisa tergantikan.
Mengajar dengan sadar adalah bentuk ikhtiar dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, selalu mengupgrade potensi dan kompetensi yang ada untuk menciptakan ekosistim belajar yang nyaman dan menyenangkan yang berpihak pada murid.
Membentuk murid sesuai dengan kodrat yang ada dan seiring perkembangan zaman sehingga bisa menjadi individu yang bahagia secara lahir dan batin dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Andi Budi Setiawan (ABS).
Sumber referensi: Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Final. 5 Dasar Kebutuhan Manusia.