Andi Budi Setiawan dan Puisi sebagai Jembatan Literasi

Peringatan Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-254 yang berkelindan dengan Hari Ibu di Saestwo Cafe bukan sekadar perayaan seremonial.

Di ruang sederhana itu, lomba baca puisi dan story telling justru menghadirkan makna yang lebih dalam: literasi sebagai jalan kebersamaan, empati, dan keberdayaan.

Salah satu sosok yang memberi warna penting dalam momentum tersebut adalah Andi Budi Setiawan, pendidik sekaligus Ketua Komunitas Peduli Pendidikan Banyuwangi (KOPIWANGI), yang hadir sebagai juri lomba baca puisi.

Kehadiran Andi Budi Setiawan—yang juga dikenal dengan nama pena penapanuluh—bukan sekadar mengisi posisi struktural sebagai juri. Ia membawa pengalaman panjang, ketekunan, dan konsistensi dalam dunia sastra dan literasi. Sebagai penulis, ia telah melahirkan tiga buku solo, Algoritma Cinta (2021), Eunoia Sangkakala (2021), dan Rumah Ilalang (2025), serta terlibat sebagai kontributor dalam sedikitnya 18 buku fiksi dan nonfiksi.

Karya-karya itu menegaskan satu hal: literasi baginya bukan aktivitas sesaat, melainkan jalan hidup. Dalam konteks lomba baca puisi Harjaba ke-254, Andi Budi Setiawan memosisikan puisi bukan hanya sebagai seni ujar, tetapi sebagai medium kesadaran sosial.

Pernyataannya bahwa penilaian tidak semata bertumpu pada teknik, melainkan pada keberanian peserta menyuarakan nilai gotong royong dan kepekaan sosial, mencerminkan pandangan literasi yang membumi. Puisi, dalam kerangka berpikirnya, adalah cermin relasi manusia dengan lingkungannya—bukan sekadar permainan diksi semata.

Pandangan itu lahir dari perjalanan panjangnya sebagai praktisi dan penggerak. Andi Budi Setiawan kerap dipercaya menjadi juri lomba cipta dan baca puisi, mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional. Ia juga pernah menjuarai lomba cipta puisi dan pantun tingkat nasional—pengalaman yang memberinya otoritas moral sekaligus empati dalam menilai karya peserta. Ia tahu bagaimana rasanya berdiri di panggung lomba, sekaligus memahami proses kreatif di balik sebuah puisi.

Pengakuan sebagai Guru Motivator Literasi Nasional tahun 2021 semakin menegaskan perannya sebagai pendidik yang tidak berhenti di ruang kelas. Ia mendedikasikan pemikiran dan tenaganya untuk dunia literasi, baik di sekolah maupun di luar sekolah melalui KOPIWANGI dan Penulis di Penerbit Lintang Banyuwangi.

Komunitas ini tumbuh sebagai ruang belajar bersama, tempat literasi dipahami secara inklusif—melibatkan anak-anak, remaja, guru, hingga masyarakat umum. Dalam peringatan Harjaba ke-254 dan Hari Ibu, kehadiran Andi Budi Setiawan sebagai juri baca puisi menjadi simbol penting: bahwa perayaan daerah dan penghormatan terhadap peran ibu dapat dimaknai melalui kata-kata yang jujur dan reflektif. Ia menunjukkan bahwa literasi bukan sekadar agenda lomba, melainkan ikhtiar membangun manusia yang peka, peduli, dan mampu bergotong royong.

Pada akhirnya, Andi Budi Setiawan menghadirkan teladan tentang bagaimana seorang pendidik dapat mengambil peran lebih luas di tengah masyarakat. Melalui puisi, ia merawat nilai; melalui literasi, ia menanam harapan. Di Banyuwangi, di tengah perayaan dan lomba, ia membuktikan bahwa kata-kata—jika dirawat dengan sungguh-sungguh—mampu menjadi jembatan antara pendidikan, budaya, dan kemanusiaan.

 

Scroll to Top