Menjaga Puisi Tetap Hidup: Andi Budi Setiawan dan Ruang Literasi di HUT DWP ke-26 Banyuwangi

Di sudut Perpustakaan SMKN 1 Glagah, suara-suara puisi bergema dengan beragam warna. Ada yang bergetar, ada yang penuh keyakinan, ada pula yang masih ragu namun jujur.

Di antara barisan juri, Andi Budi Setiawan, S.Pd menyimak dengan saksama—tak sekadar menilai, tetapi mendengarkan dengan hati. Peringatan Hari Ulang Tahun ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (6/12/2025), menjadi ruang perjumpaan antara keberanian dan kata-kata.

Pada momen itu, Andi hadir sebagai juri lomba cipta dan baca puisi, sebuah peran yang sangat lekat dengan perjalanan literasinya selama ini. Bagi Andi, puisi bukan hanya soal teknik.

Ia adalah guru SMK PGRI Rogojampi yang terbiasa berhadapan dengan generasi muda, memahami bahwa kata-kata bisa menjadi jalan pulang bagi banyak kegelisahan.

Di luar kelas, ia mengabdikan diri sebagai Ketua Komunitas Pecinta Literasi Banyuwangi (KOPIWANGI), komunitas yang konsisten membuka ruang baca, diskusi, dan menulis bagi siapa pun yang ingin belajar.

Aktivitas literasinya juga tercatat melalui perannya sebagai jurnalis Sastrawacana.id dan penulis di Penerbit Lintang Banyuwangi. Ia telah melahirkan sejumlah buku, di antaranya Algoritma Cinta, Eunoia Sangkakala, dan Rumah Ilalang, serta terlibat sebagai kontributor dalam 18 buku fiksi dan nonfiksi.

Saat memberi tanggapan kepada peserta, Andi menyampaikan pandangan yang membuat banyak hadirin terdiam dan merenung. “Ada seorang penyair yang mahir menuliskan puisi, namun tidak mahir dalam membaca. Ada juga seorang penyair yang mahir dalam membaca puisi, namun tidak mahir dalam menulis puisi. Jika ada yang mahir keduanya itu adalah anugerah.”

Kalimat itu bukan sekadar komentar lomba, melainkan refleksi tentang keseimbangan antara rasa dan penyampaian. Bahwa puisi hidup bukan hanya di kertas, tetapi juga di suara, ekspresi, dan keberanian membaginya kepada orang lain.

Dedikasi Andi dalam dunia literasi telah membawanya menerima predikat Guru Motivator Literasi Nasional tahun 2021, serta menjadi Kandidat Sosialisator Penggerakan Literasi Nasional pada periode 2022–2025.

Namun baginya, pengakuan terbesar adalah ketika seseorang berani menulis untuk pertama kali, atau membaca puisi tanpa takut salah.

Kehadirannya dalam HUT DWP ke-26 memperkuat pesan bahwa literasi dapat tumbuh dari ruang mana pun—termasuk dari organisasi perempuan yang memberi tempat bagi suara dan cerita. Ia percaya, setiap orang memiliki kisah yang layak didengar.

Bagi Andi, menjaga puisi tetap hidup berarti terus membuka ruang-ruang kecil bagi kata, agar siapa pun berani memulai.

Jejak pemikirannya dapat diikuti melalui Instagram @pena.panuluh dan laman www.penapanuluh.com, tempat kata-kata dirawat, dibagikan, dan dihidupkan kembali.

 

Scroll to Top