KOPIWANGI Meriahkan Bulan Bahasa dengan Peluncuran Buku Antologi Gotong Royong

KOPIWANGI – Momen bulan bahasa kali ini berdeba dengan tahun sebelumnya. Launching buku antologi “Gotong Royong” pada hari Jumat (17/10) di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Banyuwangi menjadi tanda komitmen KOPIWANGI untuk terus berkarya dan berkiprah serius di dunia literasi.

Acara launching buku antologi “Gotong Royong” ini bersamaan dengan launhing buku “Lamunan Seorang Wartawan” karya dari Ricky Sulivan. Dimana kisahnya diangkat dari perjalanan mas Ricky yang berprofesi sebagai seorang wartawan.

Buku antologi “Gotong Royong” ini merupakan kolaborasi antara penerbit Lintang Banyuwangi dengan KOPIWANGI dan Komunitas Gotong Royong. Berbeda dengan karya-karya sebelumnya dimana penulisnya merupakan anggota KOPIWANGI. Butuh proses panjang bisa menerbitkan buku antologi “Gotong Royong” ini. Sebagai bekal penulis mendapat pelatihan sebanyak dua kali secara daring lewat aplikasi zoom.

Pelatihan pertama matei dasat tentang menulis puisi dan pentigraf berbahasa Indonesia dan Using. Pelatihan kedua peserta lebih banyak berdiskusi dengan narasumber tentang karya yang ditulis sampai selesai. Untuk selanjutnya dilakukan kurasi karya.

Narasumber pelatihan menulis Yeti Chotimah ketua MGMP SMP Bahasa Using, Heri Iskandar Sastrawan Using dan Andi Budi Setiawan sastrawan sekaligus ketua KOPIWANGI dengan Koordinator kurasi karya Muhammad Iqbal Baras.

Acara peluncuran dipandu oleh Maria Ulfa dari Kopiwangi dan dibuka secara resmi oleh Maulana Affandi, S.S., Direktur Penerbit Lintang Banyuwangi sekaligus Pemimpin Redaksi Sastrawacana.id selaku media partner.

Dalam sambutannya, Affandi menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam menyukseskan peluncuran buku tersebut. Ia menegaskan, sinergi antara penerbit, komunitas literasi, dan para penulis merupakan cerminan nyata bahwa semangat menulis dan berkarya di Banyuwangi terus berkembang dan tidak pernah padam.

Pada kesempatan berikutnya, Lina Kamalin, S.Pd., M.Pd., selaku penasihat KOPIWANGI, menyampaikan bahwa terselenggaranya kegiatan ini merupakan wujud nyata kolaborasi yang harmonis antara penulis dan komunitas dalam menumbuhkan semangat literasi. “Buku Antologi Gotong Royong lahir dari perjalanan panjang yang melibatkan banyak pihak dengan kepedulian mendalam terhadap dunia literasi. Dari proses penulisan hingga penerbitan, setiap langkah dijalani dalam semangat kolaborasi, saling mendukung, dan tumbuh bersama. Karena itu, buku ini tidak sekadar menghimpun karya tulis, melainkan menjadi wujud nyata bahwa kebersamaan dapat menumbuhkan karya bermakna bagi Banyuwangi.” ujarnya.

Lina Kamalin berharap, dalam beberapa bulan ke depan karya yang tengah digarap dapat segera rampung. Dengan demikian, tahun mendatang diharapkan menjadi momen peluncuran karyanya, agar dapat dinikmati dan menginspirasi para pembaca.

Selanjutnya dilakukan seremonial penyerahan buku antologi “Gotong Royong” dan “Lamunan Seorang Wartawan” kepada pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Perpusda) Banyuwangi. Penyerahan tersebut diwakili oleh Yusuf Khoiri, disusul oleh Lina Kamalin yang mewakili KOPIWANGI, serta Iqbal Baras sebagai perwakilan penulis.

“Terima kasih kepada Penerbit Lintang Banyuwangi yang telah menghibahkan kedua buku ini kepada Perpusda, sehingga dapat dinikmati oleh pembaca, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional melalui tautan e-book yang telah kami sediakan di laman https://ebookbanyuwangi.id,” jelas Yusuf Khoiri di sela-sela sambutannya.

Selain peluncuran buku, acara turut dimeriahkan oleh berbagai penampilan peserta. Saimah, seorang veteran perdamaian, membacakan puisi karyanya berjudul Masa Transisi dengan suara tegas dan penuh penghayatan, membuat suasana aula hening dan haru.

Penampilan berikutnya datang dari Avila, siswi MI Darun Najah 2 Banyuwangi, yang membawakan dongeng Legenda Banyuwangi dengan gaya bertutur khas anak-anak, menghidupkan kembali kisah klasik daerah.

Dalam sesi diskusi, Ricky Sulivan menjelaskan bahwa Lamunan Seorang Wartawan lahir dari pengalaman pribadinya selama bertahun-tahun sebagai jurnalis. Ia mengungkapkan, banyak jurnalis yang kehilangan arah di tengah tekanan pekerjaan, antara tuntutan kecepatan dan akurasi dengan idealisme serta nilai kemanusiaan yang sering terabaikan. Buku ini, lanjutnya, menjadi bentuk refleksi atas kegelisahan tersebut.

Dua panelis, Yeti Chotimah dan Andi Budi Setiawan, S.Pd., memaparkan pandangan mereka tentang penerbitan Antologi Gotong Royong. Keduanya sepakat, buku ini tidak hanya untuk memeriahkan Bulan Bahasa dan Hari Sumpah Pemuda, tetapi juga menjadi wujud kolaborasi antarpenulis dan komunitas literasi di Banyuwangi.

Sementara itu, Andi Budi Setiawan, S.Pd., menekankan pentingnya menjadikan literasi sebagai gerakan sosial berkelanjutan. “Literasi tidak boleh berhenti pada peluncuran buku atau lomba menulis saja, tetapi perlu kesinambungan dan dukungan antarpegiat agar ekosistemnya terus tumbuh,” ungkapnya.

Yeti menegaskan, semangat utama penerbitan ini adalah membangkitkan kembali gairah menulis di kalangan generasi muda. “Kami ingin anak-anak muda terus menulis, membaca, dan mencintai literasi di daerahnya. Semangat gotong royong adalah jantung gerakan ini,” ujarnya.

Sebagai penutup, kurator sekaligus tokoh literasi, Iqbal Baraas—dosen Universitas Ibrahimy—menyampaikan apresiasinya. Ia menilai karya para penulis Banyuwangi semakin matang, baik dari segi tema maupun teknik penulisan.

Menurutnya, puisi menjadi media kuat untuk mengekspresikan kegelisahan batin, di mana penyair menuangkan perasaan, kekhawatiran, atau keresahan jiwa melalui rangkaian kata yang indah dan imajinatif. Tema kegelisahan, tambahnya, kerap muncul dalam puisi dan sering digambarkan lewat simbol alam maupun pergulatan batin penyair.

Sementara itu, apresiasi juga disampaikan oleh Mujiono, S.H., Thomas Raharto, dan Drs. Jaenuri NZ. Ketiganya berharap kegiatan literasi seperti ini terus berlanjut agar literasi menjadi gerakan yang tumbuh di tengah masyarakat, bukan sekadar wacana.

Peluncuran dua buku ini menjadi bukti bahwa semangat literasi di Banyuwangi tidak pernah padam, khususnya bagi KOPIWANGI yang hingga kini telah menerbitkan tiga buku, yakni Lentera di Pengujung Asa (Maret 2024), Pena Sang Surya (Juli 2024), dan Antologi Gotong Royong (Oktober 2025). Seluruh karya tersebut sejalan dengan slogan “Bergerak Bersama Majukan Literasi Banyuwangi.”

 

Scroll to Top