Merawat Rasa Lewat Kata, Webinar Literasi Bahasa Indonesia dan Using Siap Lahirkan Generasi Penulis Baru

Sebuah webinar literasi bertajuk Pelatihan Menulis Puisi dan Pentigraf Berbahasa Indonesia dan Using sukses diselenggarakan pada Jumat, 18 Juli 2025.

Acara ini merupakan kolaborasi antara Penerbit Lintang Banyuwangi, media online Sastrawacana.id, dan komunitas literasi Kopiwangi.

Kegiatan ini diikuti oleh 75 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, guru, hingga praktisi literasi. Mereka berkumpul secara daring untuk memperdalam wawasan sekaligus meningkatkan kemampuan menulis sastra, khususnya puisi dan pentigraf, dalam dua bahasa: Indonesia dan Using.

Webinar dipandu oleh Yeti Chotimah, seorang pendidik sekaligus penulis produktif yang telah menerbitkan sejumlah buku, termasuk yang bertema kebudayaan Banyuwangi.

Jalannya acara semakin dinamis berkat kehadiran Qurrota Ninin sebagai pembawa acara, yang telah berpengalaman dalam berbagai kegiatan literasi dan kebudayaan.

Tiga narasumber utama dihadirkan dalam webinar ini. Pertama, Maulana Affandi, penulis sekaligus pemimpin redaksi Penerbit Lintang. Kedua, Andi Budi Setiawan, penulis buku dan editor Sastrawacana.id yang juga dikenal dengan nama pena Penapanuluh. Ketiga, Heri Iskandar dengan nama panggung Dzakawangi, pencipta lagu serta pemerhati bahasa Using yang aktif dalam pelestarian budaya lokal.

Dalam pemaparannya, Maulana Affandi mengingatkan para peserta akan pentingnya warisan intelektual melalui karya tulis. Menurutnya, menulis bukan sekadar aktivitas menuangkan ide, melainkan bentuk tanggung jawab pada generasi mendatang. Ia juga menegaskan jika penulis itu tak akan pernah mati karena pemikirannya selalu abadi. “Fisik kita akan lenyap suatu hari nanti, tapi pemikiran kita harus tetap hidup dan abadi di dalam buku. Maka, warisan terbaik adalah buku yang membuat kita akan dikenang oleh generasi selanjutnya,” paparnya.

Pemateri kedua, Andi Budi Setiawan yang telah menelurkan beberapa karya turut memberikan panduan teknis dalam menulis puisi dan pentigraf yang ideal. Salah satu poin yang ditegaskan adalah perihal pemilihan diksi yang harus dilakukan secara mendalam agar menghasilkan karya yang kuat dan penuh makna. “Diksi yang tepat akan menghidupkan puisi, bukan sekadar menghiasinya. Sebab, puisi itu perlu rasa yang dapat hadir dari pemilihan kata.” Kemudian, penulis buku Algoritma Cinta ini juga memberi tips kepada peserta untuk menggali inspirasi dari pengalaman pribadi dan suasana sekitar.

Sementara itu, Heri Iskandar memberikan perspektif berbeda dengan menekankan pentingnya menulis dalam bahasa Using. Ia mencontohkan beberapa puisi karyanya dalam bahasa Using yang kemudian dijadikan lagu dan telah dikenal luas oleh masyarakat. “Saya mengajak generasi muda untuk bangga berbahasa Using. Jangan malu, karena jika kita tidak memakai bahasa ini, maka perlahan akan hilang dari kehidupan kita.”

Webinar ini juga diwarnai sesi diskusi yang aktif. Salah satu peserta, Halili, S.HI, Kepala MTs Nurul Huda Blimbingsari, menyampaikan pertanyaan seputar cara menjaga konsistensi dalam menulis, terutama saat kehabisan ide. Heri Iskandar menjawab lugas, “Yang membuat tulisan tidak selesai biasanya rasa malas. Karena itu, semangat menulis harus dijaga. Jangan menunda-nunda, karena semakin ditunda, semakin berat untuk memulai kembali.”

Sebagai penutup, panitia memberikan buah tangan berupa beberapa buku bagi peserta yang aktif dan berani berbicara tentang mimpinya menjadi penulis. Selain itu, disampaikan pula bahwa webinar ini akan berlanjut ke sesi kedua. Nantinya, para peserta akan diajak untuk menulis dan berkolaborasi dalam sebuah buku antologi yang rencananya akan diluncurkan bertepatan dengan peringatan Bulan Bahasa pada Oktober 2025.

Webinar ini bukan sekadar pelatihan menulis, tetapi menjadi ruang temu yang memperkuat semangat literasi, melestarikan bahasa daerah, dan menumbuhkan kesadaran untuk berkarya sebagai bagian dari warisan budaya.

 

Scroll to Top