FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MASA KINI

Pendidikan di Indonesia mengalami perjalanan panjang dari masa kolonial hingga kini, dan salah satu tokoh utama yang berjasa dalam transformasi ini adalah Ki Hajar Dewantara.

Beliau mengubah sistem pendidikan yang awalnya hanya untuk kepentingan kolonial menjadi pendidikan yang memerdekakan manusia, baik secara intelektual, sosial, maupun budaya. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan harus menuntun anak dalam menemukan potensinya.

Kata "menuntun" dalam filosofi beliau berarti membimbing, mendampingi, dan memberikan ruang bagi anak untuk berkembang. Ini berbeda dengan konsep pendidikan yang bersifat mengekang dan mendikte, di mana anak hanya diperlakukan sebagai penerima informasi tanpa kebebasan berpikir.

Dalam konsep sistem among, Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa guru harus berperan dalam tiga posisi utama:

  • Ing ngarsa sung tulada (Di depan memberikan teladan)
  • Ing madya mangun karsa (Di tengah membangkitkan semangat)
  • Tut wuri handayani (Di belakang memberikan dorongan)
  •  
  • Guru bukan hanya sebagai penguasa di kelas, tetapi lebih sebagai fasilitator yang membantu anak mencapai kebebasan dalam belajar. Dalam pendekatan ini, guru tidak memberi hukuman yang merusak semangat anak, melainkan menanamkan disiplin melalui contoh dan motivasi.
  •  
  • Pendidikan yang Berpihak pada Anak Salah satu prinsip utama pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah bahwa pendidikan harus berpihak pada anak. Artinya, guru harus lebih mengutamakan kepentingan anak daripada sekadar mengejar target kurikulum atau kepentingan pribadi. Anak didorong untuk belajar dengan cara yang menyenangkan, sesuai dengan bakat dan minatnya.
  •  
  • Menurut beliau, bermain adalah kodrat anak, dan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menggabungkan unsur permainan dengan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan metode pendidikan Montessori dan Frobel yang juga menekankan pentingnya permainan dalam pembelajaran.
  • Montessori lebih menitikberatkan pada pengembangan pancaindra anak melalui berbagai aktivitas sensorik.
  •  
  • Frobel memandang permainan sebagai bagian utama dari pembelajaran.
  •  
  • Ki Hajar Dewantara menyatukan kedua pendekatan ini, dengan mengajarkan bahwa anak harus belajar melalui permainan, sambil tetap dituntun sesuai kodratnya.
  •  
  • Membentuk Pelajar Pancasila dengan Pendidikan yang Memerdekakan Pemikiran Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan dengan konsep Profil Pelajar Pancasila, yang menjadi pedoman pendidikan nasional saat ini.
  •  
  • Profil ini mencerminkan karakter pelajar yang memiliki enam dimensi utama:
  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; Mandiri; Bergotong royong; Berkebinekaan global; Bernalar kritis; Kreatif.
  2.  
  3. Semua dimensi ini berakar pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang menekankan keseimbangan antara cipta (intelektual), rasa (emosional), dan karsa (kehendak atau aksi).
  4.  
  5. Pendidikan harus membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat dan keterampilan sosial yang baik. Kesimpulan Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menawarkan pendekatan yang humanis dan berpihak pada anak.
  6.  
  7. Pendidikan bukan hanya soal mengisi kepala dengan pengetahuan, tetapi juga tentang membantu anak menemukan potensinya. Dengan pendekatan yang mengedepankan kebebasan berpikir, kreativitas, dan pembelajaran yang menyenangkan, kita dapat menciptakan generasi yang mandiri, kritis, dan mampu menghadapi tantangan global.
  8.  
  9. Pendidikan yang memerdekakan bukan sekadar slogan, melainkan sebuah prinsip yang harus diterapkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan mengikuti jejak Ki Hajar Dewantara, kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memanusiakan manusia.
  10.  
  11. Andi Budi Setiawan (ABS).

 

Scroll to Top